Penulis: Zulfan Helmi, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Unsyiah masa bakti 2012/2013
“kring kring kring” dering suara
telepon genggam kian semakin keras pada 31 Desember 2013. Boma menghubungi
Zulfan Helmi selaku ketua HMTI Unsyiah mengabarkan keberadaan dua mahasiswi
Teknik Industri ITM sedang berada di Banda Aceh menghabiskan masa liburan. Boma Wardhana Hutabarat merupakan sekretaris umum dari HMTI ITM Medan.
Sudah menjadi motto rakyat Aceh
untuk memuliakan setiap tamu yang hadir. Tak pernah berjumpa hanya berkomunikasi
melalui pesan singkat, HMTI Unsyiah akhirnya berjumpa dengan sahabat industri
ITM pada 3 Januari 2014.
Sebelum berjumpa dengan keluarga
HMTI Unsyiah, Rahma Willis Marpaung dan Azalia Syahra Lubis telah berkunjung ke
Pulau Weh. Malam pergantian tahun baru mereka habiskan di pulau nan eksotis
tersebut. “Hujan malam tahun baru disana” ujar Lia panggilan akrab Azalia.
Walaupun hujan melanda kota Sabang, snorkling dan berenang menjadi pelampiasan
mereka untuk memaksimalkan waktu kosong sebelum ujian final akan berlangsung.
Pertemuan berawal saat Zakiah
mendapatkan pesan singkat yang berisikan sahabat ITM sudah kembali ke daratan Aceh.
Kedua belah pihak sepakat untuk berjumpa pada pukul 16.00 WIB. Bermodalkan roda
empat yang dipinjamkan Ramadhan Teja, Zulfan dan Ulil meluncur ke kampus
Universitas Muhamadiyah Aceh yang merupakan pos dimana kedua mahasiswi tersebut
melepas lelah setelah melakukan perjalanan menggunakan ferry dari pelabuhan
Balohan menuju pelabuhan Ule Lheu.
Perjalanan dimulai dari keluar pintu
gerbang Universitas Muhamadiyah Aceh menuju terminal Batoh. Terminal Batoh? Ia,
mereka sudah merencakan untuk kembali ke Medan pada malam itu juga. Selama di
terminal, ada banyak perusahan jasa transportasi Aceh yang menyediakan bus
baru. Bus PMTOH menjadi pilihan kedua sahabat ITM untuk mengantarkan mereka ke Medan
Metropolitan.
Hujan di seputaran Pango menambah nafsu untuk makan lebih banyak |
Magribpun berlalu, masih ada satu
hal yang masih terpendam di hati Willis. “Kopi Solong itu gimana rasanya?”. Untuk
menghilangkan rasa penasarannya, Zulfan, Ulil, Hasri, dan Luthfi mendampingi
Willis dan Lia menyuruput kopi malam di warkop Solong Ule Kareng.
Sah sudah ke Aceh, Sudah ngopi di Aceh |
Masih kurang rasanya apabila ke Aceh
namun tidak membawa oleh-oleh. Sekali dayung dua pulau terlampaui, cuci mata
kerajinan-kerajian Aceh sekaligus jalan-jalan mengitari kota Banda Aceh pada
malam hari ditemani gerimis. Diskusi tentang industri kental terasa sat
mengunjungi salah satu toko souvenir Aceh. “Produk ini diproduksi di Aceh
Utara, semestinya bisa diproduksi di Banda Aceh agar mengurangi cost
transportasi”, mungkin itulah penggalan kalimat diskusi antar mahasiswa yang
menuntut ilmu di jurusan Teknik Industri.
Narsis bareng kakak-kakak toko souvenir |
Terima kasih atas kunjungannya, see
you soon, keep in touch!!!