Menilik Kontroversi Pada Peringatan Hari HIV/AIDS 2013


Gaya hidup yang semakin modern membuat peradaban manusia semakin membaik dengan adanya teknologi yang canggih, dan industri yang semakin pesat.Tak khayal di aspek yang lain akan timbul sesuatu yang tidak diinginkan manusia dengan kehadirannya yang meresahkan,ialah penyakit yang mematikan seperti kanker, HIV/AIDS, ebola dan masih banyak yang lainnya.Yang menjadi sorotan serta topic hangat akhir-akhir ini adalah hari peringatan HIV/AIDS yang terjadi di Ibu Pertiwi ini.

Pertanyaan menariknya adalah bagaimana menyikapi peringatan ini dengan baik agar menjadi tindakan preventif yang baik? Lalu, sudah sesuaikah tema dan program yang diangkat dari peringatan hari HIV/AIDS ini dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia khususnya?

Peringatanhari HIV/AIDS yang menuai polemidengan program yang diusungkan

Apa yang menjadi polemik disini? Tentu saja adanya program “PekanKondomNasional” (PKN) dengan poster diatas dan slogannya. Sungguh ironis, dibagian tangan terdapat tulisan yang kontradiksi dengan tulisan berbahasa inggris di bagian kanan, menjadi kegiatan yang diprakarsai dan dilaksanakan pihak swasta, yaitu DKT Indonesia yang merupakan salah satu distributor kondom di Indonesia, dengan sepengetahuan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Berbagai media menyororoti kegiatan ini, pentingkah bagi negeri ini diadakannya PKN?

Penolakan yang datang dari berbagai pihak
Tidak hanya programnya yang tidak sesuai dengan adat ketimuran, bahkan karena menuai kontroversi, Kementerian Kesehatan pun telah meminta agar kegiatan kampanye Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) itu distop. Bahkan bus bertuliskan 'PekanKondomNasional' juga diminta berhenti beroperasi.
SekretarisKabinet (Seskab) Dipo Alam melalui akun twitternya @dipoalam49  juga telah meminta Menteri Kesehatan dan Kementerian Kesehatan menghentikan kegiatan kampanye penggunaan kondom yang di luar kepatutan."PekanKondom yang di luar kepatutan dari tujuan. Saya sudah minta Menkes dan Kemenkes cegah cara-cara itu, dan copot poster-poster itu," kata Dipo. Ia mengaku sudah meminta Menkes dan jajarannya untuk mencegah akses kampanye anti-HIV yang tidak diperlukan dan di luar kepatutan.

Jubir Hizbut Tahrir, Ismail Yusanto mengatakan, "Program bukan hanya gagal tetapi juga berbahaya karena ini bias merusak cara berfikir seolah bahwa kalian bias melakukan seks apa saja asal pakai kondom. Kita harus kembali kecara yang benarbagaimana mengatasi persoalan berkembangnya HIV/AIDS ini secara komprehensif”

Sementara, psikologUniversitas Indonesia (UI) yang mengambil
 spesialisasi perilaku seksualZoyaAmirin membantah bahwa kondom melegalisasi seks pranikah. Meski demikian, dia tidak setuju dengan adanya pembagian kondom secara gratis pada acara Pekan Kondom Nasional. “Yang penting dilakukan bukan membagikan kondom secara gratis tetapi bagaimana mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan kondom. Karena tanpa edukasi semua percuma. Kita harus berbuat perubahan perilaku. Bagaimana melakukan perubahan perilaku yah edukasiEdukasinya bukan hanya agama tetapi juga harus ada nilai-nilai budaya," paparZoyaAmirin.

Sementara
 itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS NasionalKamil Siregar membantah adanya pembagian kondom kepada masyarakat umum terutama di kampus-kampus dalam acara Pekan Kondom Nasional. “Membagikan kondom kepada mereka yang tidak beresiko sangat tidak tepat sasaran. Kalau bagi kondom itu tidak ada gunanya. Itu hanya berguna kalau itu memang di tempatnya bukan di tempat lain karena virus HIV tidak menyebar di mana-mana dia hanya menyebar di tempatnya."

Panitia Penyelenggara akhirnya memutuskan untuk membatalkan kegiatan sosialisasi pemakaian kondom melalui Pekan Kondom Nasional 2013
"Kami sampaikan bahwa PKN dibatalkan sesuai hasil diskusi Kemenkes dan juga dengan kesepakatan Direktur DKTTelah terjadi misinterpretasi dan misinformasi terkait tujuan kampanye kondom, sehingga acara dihentikan."kata Budi Harnanto, Deputi Dukungan Umum Komisi Penanggulangan AIDS Nasional melalui pesan singkat.

Besarnya tekanan dan kritik menurut pegiat AIDS Dr Sri Pandam Pulungsi, menunjukkan strategi yang dipilih panitia tak tepat. "Banyaknya protes menunjukkan banyak masyarakat yang belum paham soal kondom, ini yang mestinya digarap. Kalau beginikan malah kontra produktif," tambah mantan konsultan AIDS pada WHO ini.

Peringatan Hari HIV/AIDS haruslah merujuk kepada norma-norma yang berlaku pada suatu wilayah, agar tidak timbul adanya paham yang keliru akan hal ini. Karena kita menginginkan terhindar dari penyakit ini dengan cara yang benar juga, bukan?

oleh: Aldary Rachmadi


Teknik Industri FT-Unsyiah'12